BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sudah 1 Abad Muhammadiyah
berdiri dan berkiprah di tanah air. Banyak yang telah dicapai dan telah
didedikasikan untuk negeri ini. Muhammadiyah didirikan oleh seorang kyai
alim, cerdasa dan berjiwa pembaharu, yaitu Kyai Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis dari kota Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau
bertepatan dengan 18 November 912 M. Pembaharuan yang terjadi di Muhammadiyah memang
tidak terlepas dari “sumbangan” dari Kyai besar Ahmad Dahlan. Beliau juga di
kenal sebagai perintis pendidikan ‘modern’ yang memadukan pelajaran agama dan
umum dengan mengintegrasikan ‘iman’ dan ‘kemajuan’, sehingga menghasilkan sosok
generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah
kepribadiannya.
Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren
kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan
menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu
merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi
terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini
tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda. Bahkan tulis Nurkholish Madjid
(1990:407) Muhammadiyah adalah organisasi Islam “modern” yang terbesar di
dunia, lebih besar daripada yang mana pun di negeri-negeri Islam lain.
Dalam
bidang pendidikan, hingga tahun 2010 Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman
Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137
Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 Sekolah
Menengah Pertama; 507 Madrasah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah
Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok
Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendidikan tinggi,
sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universitas, 93 Sekolah Tinggi, 32
Akademi, serta 7 Politeknik.
Muhammadiyah
memang selalu berkomitmen untuk selalu menciptakan manusia yang utama, salah
satunya adalah melalui bidang pendidikan. Semakin kedepan tantangan yang
dihadapi Muhammadiyah dalm bidang pendidikan semakin besar dan semakin beragam.
Semakin besar Muhammadiyah, muncul berbagai kritikan terkait apakah kualitas
lulusan dilembaga pendidikan Muhammadiyah sudah bagus sebanding dengan kuantitas
lembaga pendidikan yang ada dan mampu mngikuti perubahan zaman?. Dan sejauh
mana pendidikan Muhammadiyah mampu menghandle masyarakat dari dampak buruk
perkembangan teknologi saat ini paa khususnya bagi para pelajar maupun
mahasiswa. Dan berbagai tantangan-tantangan lainnya.
Berdasar
pada konsep diatas, maka melalui makalah ini kami bermaksud menguraikan
tantangan-tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana peran
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan setelah 1 abad Muhammadiyah berdiri?
2.
Bagaimana konsep
dasar pendidikan Muhammadiyah?
3.
Apa saja
tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidnag pendidikan?
4.
Solusi apa saja
yang bisa dilakukan Muhammadiyah dalam menjawab tantangan dimasa mendatang?
5.
Apa saja rumusan program pengembangan
Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan, Iptek dan Litbang?
C.
Tujuan
Berdasar pada rumusan masalah diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai adalah :
1.
Meningkatkan
peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan
2.
Mengetahui,
melaksanakan dan mendalami konsep dasar pendidikan Muhammadiyah
3.
Memamahami serta
mampu menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
4.
Sebagai kader
Muhammadiyah mampu memberikan solusi tepat mengenai tantangan yang dihadapi
Muhammadiyah.
5.
Mampu memahami
serta melaksanakan program pengembangan Muhammadiyah khususnya dalam bidang
pendidikan, Iptek dan Litbang dengan baik dan sesuai dengan yang telah
digariskan Muhammadiyah.
D.
Manfaat
Berdasar pada tujuan diatas, maka rumusan manfaat
yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.
Dapat
meningkatkan peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan
atas.
2.
Dengan memahami
konsep dasar pendidikan Muhammadiyah akan mendorong terwujudnya masyarakat
utama yang berpendidikan dan berkemajuan.
3.
Lebih
antisipatif dan reaktif terhadap tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam
bidang pendidikan.
4.
Dapat
melaksanakan solusi tepat dalam pengembangan pendidikan Muhammadiyah agar dapat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas.
5.
Dengan program
pengembangan pendidikan yang telah ditetapkan dalam tanfidz keputusan
Muhammadiyah diharapkan mampu menciptakan pengembangan dan perbaikan bagi
kemajuan pendidikan Muhammadiyah dan dalam rangka penciptaan sumber daya manusia
yang berkualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
Setelah 1 abad
Muhammadiyah berdiri, banyak yang telah Muhammadiyah persembahkan, abdikan dan
dedukasikan untuk negeri ini. Sejarah menunjukkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam dalam rentang usia satu abad telah berkiprah optimal untuk memajukan
kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan
umat manusia pada umumnya. Muhammadiyah telah berjuang melalui gerakan dakwah
dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama sejalan dengan Al-Quran dan
Sunnah Nabi serta melakukan usaha-usaha pembaruan kemasyarakatan melalui
pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat,
peran politik kebangsaan, dan sebagainya, yang merupakan perwujudan untuk
membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan menghadirkan Islam sebagai
rahmat bagi semesta alam.
Dalam bidang pendidikan hingga tahun
2010 Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia
Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah;
347 Madrasah Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah Pertama; 507 Madrasah Tsanawiyah;
158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan;
7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi.
Dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40
Universitas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik.
Muhammadiyah
memang sudah berkomitmen sejak dulu untuk terus mengembangkan dan memajukan
pendidikan di Indonesia. Sejak awal pendirian bahkan sebelum berdirinya
Muhammadiyah, pendirinya yaitu kyai haji Ahmad Dahlan memang sudah sangat
peduli dan perhatian dengan pendidikan. Ia begitu peduli dengan nasib ank-anak
disekitar akuman yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dengan kecerdasannya
maka lambat laun ia mampu merintis sistem pendidikan modern yang
mengkombinasikan ilmu pengetahuan umum dan agama. Hingga setelah ia mendirikan
organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang Sosial, pendidikan dan
kesehatan. Ia kemudian mendirikan sekolah madrasah ibtidaiyah diniyah yang
pertama di Kauman. Semangat untuk terus mngembangkan dan memajukan pendidikan
di Indonesia ini kemudian diteruskan oleh para kader Muhammadiyah dengan terus
mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki infrastruktur yang
bagus dan memadai. Sehingga Muhammadiyah ikut membantu pemerintah dalam rangka
mencapai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan.
Dengan
kuantitas lembaga pendidikan yang sudah dimiliki Muhammadiyah tersebut,
Muhammadiyah terus mengembangkan dan membentuk inovasi-inovasi dalam bidang
pendidikan ini agar peserta didiknya mampu menjawab tantangan zaman. Saat ini
sudah ada lembaga pendidikan yang sudah mapan, namun ada juga yang belum. Untuk
yang belum mapan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari
Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memajukannya.
B. Konsep Dasar Pendidikan Muhammadiyah.
Secara
umum konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar
yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional). (Fahrur Razy Dalimunte,1999:11). Pendidikan merupakan aktivitas yang
diorientasikan kepada pengembangan individu manusia secara optimal. Sementara
itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah menurut KH Ahmad Dahlan adalah sebagai
berikut :
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S.
Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
“ Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku"
Tujuan
Pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru
yang mampu tampil sebagai "ulama-ulama intelek" atau "intelek
ulama", yaitu sorang Muslim yang memiliki keteguhan iman dan Ilmu yang
luas, kuat jasmani dan rohani.
Adapun
tujuan pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu:
(I) Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah Menyebarkan ajaran
Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera didalam residenan
Yogyakarta menunjukan hal Agama Islamkepada anggotanya, (II)
Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakarta menjadi
memajukan dan menggembirakan pengajaran dan memajukan Agama Islam kepada
sekutu-sekutunya.
Tujuan
pendidikan yang demikian juga tercermin dalam sistem pendidikan Muhammadiyah,
terutama komponen bahan pelajaran, yang merupakan kompromi antara ilmu-ilmu
agama dengan ilmu pengetahuan yang datang dari Barat.
Pada
tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah secara umum berbunyi: “
(I) terwujudnya manusia Muslim yang berakhlak mulia cakap, percaya pada diri
sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal menuju terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; (ii) Memajukan dan memperkembangkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan umtuk pembangunan dan masyarakat negara
Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian
pendidikan perlu menentukan tujuan yang
ingin dicapai, sehingga mudah diarahkan dan dievaluasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Dari tujuan tersebut,
maka tujuan pendidikan formal Muhammadiyah adalah:
a)
Menegakan, berarti membuat agar tegak dan tidak
tergoyahkan itu dengan memegang teguh, mempertahankan, membela serta
memperjuangkan ajaran Islam.
b)
Menjungjung tinggi berarti membawa di atas
segala-galanya, yaitu dengan cara anak didik supaya mengamalkan mengindahkan
serta melaksanakan Ajaran Agama Islam.
c)
Agama Islam yaitu: Agama yang dibawa para Rasul sejak
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Segenap isi Ajaran Agama yang dibawa oleh
para Rasul tersebut, sudah tercakup dalam Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW berupa Al Qur'an Hadits. Maka siswa Muhammadiyah bisa
memegang teguh Agama Islam sebagai Agama Tauhid yang dibawa oleh Rasul
dan sudah sempurna sehingga dapat terbentuk insan-insan kamil.
b. Pendidik
Pendidik
Secara etimologi berarti orang yang memberikan bimbingan. Pengertian ini
memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher” artinya guru yang mengajar
dirumah.
Sedangkan
secara Secara terminologi adalah: Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa
"Pendidik adalah sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk
mendidik" adapun menurut Muri yusuf yaitu "Pendidik adalah individu
yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan".
Pengertian
tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian Pendidik menurut
Muhammadiyah yaitu, Pendidik/guru adalah setiap orang yang merasa bertanggung
jawab atas perkembangan anak didik dan mempunyai tanggungjawab menunaikan
amanat Vertikal (Alloh) dan horizontal (kemanusiaan).
Dalam
mendidik tidak sembarang orang bisa menjadi seorang pendidik dan untuk menjadi
seorang pendidik ada syarat yang harus dipenuhi. Menurut Muhammadiyah secara
umum syarat menjadi seorang pendidik yaitu harus memiliki ilmu, memiliki
kemampuan dalam ilmu jiwa, harus memiliki akhlak teladan dalam kelasnya bahkan
dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa syarat terebut harus dilandasi
oleh sikap mental terutama akhlak teladan yaitu, siap menjalankan perintah
Allah SWT, jiwa pengabdian, ikhlas beramal, serta keyakinan dan
kelurusan/kebenaran Agama Islam. Dengan demikian untuk
menjadi seorang pendidik menurut Muhammadiyah perlu memiliki
persyaratan-persyaratan khusus, diantaranya:
q Harus seorang Muslim
artinya beragama Islam yang beriman dan bertaqwa.
q Anggota / guru
simpatikan Muhammadiyah atau aisyiah.
q Mempunyai
keteladanan yang mulia baik di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
q Ikhlas.
q Bertanggung jawab.
q Mempunyai
kemampuan istimewa dalam mendidik baik
dalam menguasai materi pelajaran maupun dalam program pelajaran seperti metode,
pengelolaan kelas, mengerti dan faham administrasi sekolah maupun dalam
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian.
c. Peserta Didik
Peserta
didik atau disebut juga Mutarabbi, hakikatnya adalah orang yang
memerlukan bimbingan. Secara kodrati, seorang anak memerlukan Pendidikan dan
bimbingan dari orang dewasa, paling tidak, karena ada dua aspek, yaitu aspek pedagogis
dan sosiologis.
Menurut
Muhammadiyah peserta didik merupakan bahan mentah atau objek dalam proses
transformasi pendidikan. Ia mempunyai keragaman yang berbeda dan sebagai
makhluk Allah di muka bumi ini sebagai khalifah yang perlu dididik dan dibina
serta dikembangkan agar bisa mengelolanya dan kembali kepada Khaliknya.
Dengan
demikian maka anak didik merupakan suatu objek yang akan menerima transformasi
pendidikan, dan sebagai objek yang akan menerima transformasi harus mempunyai
syarat sebagai pelajar yang baik yaitu;
w Mempunyai akhlak yang
baik dan mulia.
w Mempunyai
sikap yang sopan dan santun baik kepada sesama maupun kepada yang lebih
tua dan muda.
w Harus bisa meneruskan
perjuangan.
w Harus dapat dipercaya
dan cinta damai.
w Dan bersedia mentaati
peraturan yang ada di Muhammadiyah.
d. Kurikulum
Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No 20 Tahun 2003 pasal
1 ayat 19 kurikulum adalah sebagai berikut:
“Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu” (Arifin, 2003:36).
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem Pendidikan,
karena kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan Pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengjaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan (Ramayulis 2006:149).
Kurikulum
yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum
pelajaran pesantren dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam
bidang umum. Adapun materi yang disajikan di Pendidikan Muhammadiyah
harus menyentuh berbagai aspek yaitu:
ü Aqidah
akhlak
ü Hablumminallah.
ü Hablumminannas.
ü Bahasa
dan Tarikh
Dengan
demikian maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah
Pendidikan Agama yang mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, piqh,
tarikh, bahasa, al-quran dan kemuhammadiyahan. Selain pendidikan Agama di
Muhammadiyah juga terdapat pendidikan umum yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik,
olah raga, matematika dll.
Bahan
pelajaran di atas diberikan secara berencana. Artinya bahan pelajaran
tertentu diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama belajar di setiap
kelas yang telah ditetapkan. Di sekolah/pendidikan Muhammadiyah juga telah
diterapkan sistem ulangan, absensi Murid dan kenaikan kelas, dan kecakapan
murid dinilai melalui ulangan yang diberikan.
e. Metode
Metode
mengajar adalah cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses
pembelajaran.
Kalau
dalam sistem pendidikan Islam tradisional dikenal metode sorogan dan weton,
maka di lembaga pendidikan klasikal seperti yang dipraktekkan oleh
Muhammadiyah, metode pengajaran yang demikian tidak diterapkan lagi. Di
muhammadiyah murid tidak lagi hanya menerima dengan kritis dan dengan
perbandingan, terutama bagi kitab fikih yang mengajarkan pendapat Mujtahid
tertentu.
Adapun Metode yang
digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian
tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya
wisata/belajar di alam.
C.
Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang
Pendidikan
1.
Masalah Kualitas
Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah
khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum
diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu
kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan
yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam
hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya
pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler,
sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak
meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak
disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu
menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha
Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan,
sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit
mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan
amal usaha Muhammadiyah.
Kedepan diperlukan peningkatan
kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang
pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid
Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi
permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang
pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era
globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan
suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada
keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam
komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan
kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan
nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus
berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan
kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana
anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai
tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri
secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari
sekian tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
2.
Permasalahan
Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan
pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun
kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak
sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi
keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang
yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara
menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia
bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera
ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti
memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa
dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter
(usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih
guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki
pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di
dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak,
guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang
harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
3.
Masalah
kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya
manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri
ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat
ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi
demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling
berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Dari sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan
mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh
karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter
budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat.
(Arifin, 1994:42)
4.
Permasalahan
Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu
memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma
pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran
baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran
paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun
kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi
pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat
dengan rendahnya professionalisme guru.
5.
Masalah Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama
bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat
fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan
ketenangan yang semangkin beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen
telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan
daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai
bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan
informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan
pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya
dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer, foto
copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan
memang memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan juga dampak negatif.
Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mencari
terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer penerjemah
atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa
pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif
6.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di
antaranya, krisis moral.
Melalui tayangan acara-acara
di media elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex
bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan,
liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif generasi muda
seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan,
penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas
dan krisis akhlaq lainnya.
7.
Dampak
negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah
perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan
informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan
bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya
yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda
dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi
daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat
serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan
dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di
minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan
adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk
mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.
D.
Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah
dalm Bidang Pendidikan
Menjawab
tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti yang
disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan
bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun
kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor
seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heterogenitas baik
dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya.
Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi
mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab
tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang
dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang senantiasa
mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya
pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan
gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek filosofik, Muhammadiyah perlu
merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan
ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam
aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan
perubahan orientasi yang meliputi :
1.
Dari orientasi
status ke orientasi kompetensi
2.
Dari orientasi
Input ke output
3.
Dari orientasi kekinian
ke orientasi masa depan
4.
Dari orientasi
kuantitatif ke orientasi kualitatif
5.
Dari orientasi kepemimpinan
individu ke orientasi sistem
6.
Dari orientasi
ketergantungan ke orientasi kemandirian
7.
Ari orientasi
fisik ke orientasi nilai
Disamping
itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn
keunggulan dengan memacu kreativitas disegala bidang seperti iptek,
kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing
umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab
tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang berkaitan
dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan
misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga
diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Alloh
Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan
kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan
Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya
profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh
muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik
dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan
etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya,
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan
dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa
dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke
dalam kebudayaan Indonesia.
Muhammadiyah
harus dapat menjadi filter atau penyaring agar kebudayaan asing yang bersifat
negatif tidak ikut masuk dan pada kahirnya akan merusak moral dan kepribadian
pelajar Muhammadiyah. Salah satu yang perlu terus dikembangkankan adalah dengan
terus memberikan materi Al islam Kemuhammadiyahan yang diharapkan dapat menjadi
pencerah bagi para pelajar Muhammadiyah serta terus mengembangkan strategi
pembelajaran yang kaya materi namun juga kaya motivasi. Hal ini dikarenakan
selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan dimana peserta didik terus
disuapi dengan seabreg materi namun miskin motivasi.
Dengan
pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas,
kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan
modal sosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi kekuatan
pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua tuntutannya
ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah,
memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem gerakannya untuk
tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan
salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan dan perbaikan dalam
bidang pendidikan.
Transformasi
di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang
bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah
dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi
Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.
E.
Program Pengembangan Muhammadiyah dalam Bidang
Pendidikan, Iptek dan Litbang
Dalam
rangka menjawab kritikan dan untuk mengembangkan Pendidikan, Iptek dan Litbang
maka Muhammadiyah menetapkan Program Kerja dalam bidang Pendidikan yang
tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang isinya
sebagai berikut :
a.
Visi
Pengembangan
Berkembangnya
kualitas dan ciri khas muhammadiyah yang unggul, holistik dan bertatakelola
baik yang didukung oleh pengembangan Iptek dan litbang sebagai wujud
aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh
sebagaimana tujuan pendidikan muhammadiyah.
b.
Program
Pengembangan
1)
Mengembangkan
sistem pendidikan Muhammadiyah yang holistik atau menyeluruh sebagai kelanjutan
dari konsep blueprint pendidikan
Muhammadiyah menuju pencapaian pendidikan yang unggul dan utama dimasa depan.
2)
Menyusun Roadmap keunggulan pendidikan
Muhammadiyah baik tingkat dasar dan menengah maupun perguruan tinggi dalam
berbagai aspeknya, termasuk pemetaan sumberdaya insani, pusat-pusat keunggulan,
fasilitas, tata kelola, kepemimpinan, dan lain-lain yang mendukung pengembangan
kualitas/ keunggilan pendidikan Muhammadiyah ditengah persaingan yang tinggi.
3)
Meningkatkan
peran dan fungsi Muhammadiyah sebagai lembaga pelayan masyarakat dengan membuka
dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang
suku, bangsa, agama dan kelas sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermakna
bagi diri, keluarga dan masyarakat.
4)
Mengembangkan
model-model pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan diseluruh jenjang
pendidikan yang memberikan pencerahan paham islam dan komitmen gerakan
Muhammadiyah yang berkemajuan.
5)
Mengembangkan
kualitas kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan,
peraturan-peraturan yang terpadu dan standar, pemanfaatan IT, penjaminan mutu
dan berbagai aspek penting lainnya yang mendukung pengembangan keunggulan
pendidikan Muhammadiyah ditingkat perguruan tinggi maupun dasar dan menengah.
Itulah
5 dari 31 poin Program pengembangan pendidikan Muhammadiyah yang tertuang dalam
Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Semuanya mengarah pada
perbaikan dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah.
6)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah 1 abad
Muhammadiyah Muhammadiyah berdiri, semakin kompleks saja tantangan yang
dihadapi Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan. Tantangan yang
dihadapi Muhammadiyah diantaranya adalah Masalah Kualitas Pendidikan, Permasalahan Profesionalisme Guru, Masalah kebudayaan (alkulturasi), Permasalahan Strategi Pembelajaran, Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di
antaranya, krisis moral, Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis
kepribadian.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak
bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
tersebut menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di
dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak
buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
minimalisir.
Adapun
strategi muhammadiyah yang digunakan dalam menjawab tantangan era globalisasi
saat ini adalah muhammadiyah harus memberi jawaban terhadap arus-arus yang
dibawa oleh “gelombang” globalisasi dan informasi. Bagaimanapun Muhammadiyah
harus berupaya untuk selalu up-to date, jangan sampai stagnan bahkan
ketinggalan. Khususnya dalam merealiasasikan Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah amar ma’ruf nahyi munkar perlu startegi yang “selalu” baru, agar objek
dari dakwah tersebut bisa lebih “tepat sasaran”.
Dengan program
pengembangan yang telah ditetapkan Muhammadiyah diharapkan akan mampu
memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan Muhammadiyah agar dapat
bersaing dengan lembaga pendidikan swasta lainnya dan mampu memberikan manfaat
bagi masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Nashir,
Haedar.2011. Muhammadiyah Abad Kedua. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Zubair,
Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas
Pendidikan Muhammadiyah. PP
Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam
Majelis
Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. 2012. Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Jakarta: PP
Muhammadiyah
www.google.co.id/proyeksidankondisipendidikan
muhammadiyah.html diunduh tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB
www.muhammadiyah.or.id diakses
tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB
www.google.co.id/konsepdasarpendidikanmuhammadiyah.html diunduh
tanggal 9 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB
www.google.co.id/tantanganyangdihadapimuhammadiyahdalambidangpendidikan.html diunduh
tanggal 9 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB
Tadi ada tulisan yang menurut suyanto. itu maksudnya suyanto siapa ya??
BalasHapusbls, thanxs infip'a